Bagaimana Memahami Petunjuk Eyang Wongsodjono Tentang
Ketuhanan
Konsep Ketuhanan Kawruh Jendra
Hayuningrat dengan filosofi Sang Hyang Ismaya (SEMAR). Masyarakat Jawa sudah
mengenal suatu kekuatan yang “Maha” dengan Nama Gusti Kang Murbeng Dumadi jauh
sebelum agama-agama asing masuk ke tanah Jawa dan bahkan sampai ke
tradisi-tradisi yang berkembang hingga saat ini, yang dikenal dengan istilah
aliran “Kejawen” yang merupakan “Tatanan Paugeraning Urip” atau Tatanan
berdasarkan dengan Budi Perkerti Luhur.
Keyakinan dalam masyarakat
mengenai konsep Ketuhanan adalah berdasarkan sesuatu yang Riil atau
“Kesunyatan” yang kemudian di realisasikan dalam peri kehidupan sehari hari dan
aturan positip, dengan maksud agar masyarakat Jawa dapat hidup dengan baik dan
bertanggung jawab atas setiap tindakan fisik dan rohaninya.
Mengenai Gusti Kang Murbeng
Dumadi, Dalam Dhawuh Eyang Wongsodjono paring tuntunan, pituduh lan pitedah
“Gusti Kang Murbeng Dumadi ing ngendi papan tetep siji, amergane thukule
kepercayaan lan agomo soko kahanan, jaman, bongso lan budoyo kang bedo-bedo.
Kang Murbeng Dumadi iso maujud opo wae ananging mewujudan iku dede Gusti Kang
Murbeng Dumadi” atau dengan kata lain “ Tuhan Yang Maha Esa itu di sembah di
junjung oleh semua manusia tanpa kecuali. oleh semua agama dan kepercayaan.
Sejatinya Tuhan Yang Maha Esa itu Satu dan tak ada yang Lain. Yang
membedakannya hanya cara menyembah dan memujanya dimana hal tersebut terjadi
karena munculnya agama dan kebudayaan dari jaman, waktu atau bangsa yang
berbeda beda…”
Dalam Dhawuh Eyang
Wongsodjono paring tuntunan, pituduh lan pitedah : sesungguhnya ada Tiga hal
yang mendasari siswa Jendra Hayuningrat mengenai Konsep Ketuhanan yaitu :
1. Kita Bisa Hidup karena ada
yang meghidupkan, yang memberi hidup dan menghidupkan kita adalah Gusti Kang
Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hendaknya dalam hidup ini
kita berpegang pada “Rasa” yaitu dikenal dengan “Tepo seliro” artinya bila kita
meraa sakit di cubit maka hendaklah jangan mencubit orang lain.
3. Dalam kehidupan ini jangan
suka memaksakan kehendak kepada orang lain “Ojo Seneng Mekso” seperti apa bila
kita memiliki suatupakaian yang sangat cocok dengan kita, belum tentu baju itu
akan sangat cocok dengan orang lain.
Dhawuh Eyang Wongsodjono memberikan
piwulangnya mengenai konsep dasar penghayatan Mahluk Kepada Khaliknya yaitu
Manusia harus mengetahui Tujuh Sifat Kang Murbeng Dumadi.
1. Tuhan Itu Satu, Esa dan
tak ada yang lain, dalam bahasa jawa di sebut “ Gusti Kang Murbeng Dumadi”
2. Tuhan itu bisa mewujud apa
saja, tetapi pewujudan itu bukanlah Tuhan. ”Ananging wewujudan iku dede Gusti “
yang artinya “ yang berwujud itu adalah Karya Allah.
3. Tuhan Itu ada dimana-mana.”Dadi
Ojo Salah Panopo, Mulo nang ngendi papan uga ono Gusti “ maksudnya walau Tuhan
ada dimana mana, Tuhan satu juga “ing badan iro ugo ono Gusti” maksudnya
manusia itu dalam lingkupan Tuhan secara jiwa dan raga. Tuhan ada dalam dirinya
tetapi manusia tak merasakanya dengan panca indra, hanya dapat di rasakan
dengan “Roso” bahwa dia ada.”Ananging ojo sepisan-pisan badan iro ngaku-aku
Gusti” maksudnya manusia harus sadar jiwa dan raga ini hanyalah Karya Allah,
walaupun DIA ada dalam Manusia tetapi jangan sekali kali manusia mengaku bahwa
dirinya adalah DIA.
4. Tuhan Itu Langgeng, Tuhan
Itu Abadi, dari masa dahulu, sekarang, esok dan sampai seterusnya Tuhan, Gusti
Kang Murbeng Dumadi tetaplah Tuhan dan tak akan berubah.
5. Tuhan Itu tidak Tidur “
Gusti Kang Murbeng Dumadi ora nyare” maksudnya Tuhan itu mengetahui segalanya
dan semuanya, tak ada satupun kata hilaf dan lalai.
6. Tuhan itu Maha Pengasih,
Tuhan Itu Maha Penyayang.maksudnya Tuhan itu maha adil tak membeda bedakan
kepada mahluknya, siapa yang berusaha dia yang akan mendapatkan.
7. Tuhan Itu Esa dan Maha
Kuasa, apa yang di putuskannya tak ada yang dapat menolaknya.
Dengan menyadari hal tersebut, melalui tuntunan, piwulang dan pengkhabaran kawruh Jendra Hayuningrat, setidaknya
manusia di harapkan :
1. “Manungso urip ngunduh
wohe pakertine dhewe dhewe” maksudnya manusia menerima panen dari apa yang
dia tanam, bila benih baik yang di tanam, maka buah-buah yang baiklah akan dia
terima.
2. Manusia hidup pada saat
ini adalah hasil / proses dari hidup sebelumnya atau”manungso urip tumimbal
soko biyen, nek percoyo marang tumimbal” ada petuah yang mengatakan “ Apabila
kamu hendak melihat hidupmu kelak, maka lihat lah hidupmu sekarang, bila hendak
melihat hidupmu yang lalu, maka lihatlah hidupmu sekarang”.
3. “Manungso urip nggowo
apese dhewe dhewe” maksudnya agar kita menghilangkan sifat iri, dengki, tamak,
sombong sebab saat mati tak ada sifat duniawi tersebut dibawa dan menguntungkan
kita.
4. Manusia tak akan mengerti
Rahasia Tuhan, “Ati lan pikiran manungso ora bakal biso mangerteni kabeh
rencananing Gusti Kang Murbeng Dumadi : ”maka Manusia hiduplah “sak madyo” dan
tak perlu “nggege mongso”. Ada petuha mengatakan “ Hiduplah dengan berusaha,
tapi janganlah terbuai dengan harapan, karena bila gagal maka yang merasakan rugi
diri kita juga”.
Maka dalam hal ini Dhawuh
Eyang Wongsodjono paring tuntunan, pituduh lan pitedah : sebaiknya Manusia
memohon dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa dengan ”Eling lan Percoyo,
Sumarah lan sumeleh lan mituhu” kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1. Sumarah : Berserah,
Pasrah, Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan sumarah ,manusia di harapkan
percaya dan yakin akan kasih saying dan kekuasaan Gusti Kang Murbeng Dumadi,
Bhawa DIA lah yang mengatur dan aka memebrikan kebaikan dalam kehidupan kita.
Keyakinan bahwa apabila kita menghadapai gelombang kehidupan maka Allah akan
memebrikan jalan keluar yang terbaik bagi kita.
2. Sumeleh : artinya Patuh
dan Bersandar kepada Allah Yang Maha Esa . Manusia sebagai hamba hanya lah
berusaha dan keberhasilannya tergantung Kuasa Tuhan yang maha Esa, maka dengan
sumeleh ni manusia di harapkan tak mudah putus asa dan teguh dalam usahanya.
3. Mituhu : artinya patuh
taat dan disiplin.
Sesungguhnya Dhawuh Eyang
Wongsodjono dalam paring tuntunan, pituduh lan pitedah dengan penuh kesabaran..
setiap Dhawuh-Nya adalah Budi Pekerti yang Luhur.. diatas adalah masih sebagian
sampul dari tuntunan Beliau.. satu kata sederhana yang jika didefinisikan
menjadi panjang sekali dan jika kita mulai terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari akan mengingatkan kita, bahwa sebenarnya kita adalah putra
pangeran, dengan menjadi manusia berbudi pekerti yang luhur memayu hayuning
bawono. Inilah ciri-ciri manusia-manusia sejati. manusia pilihan untuk dimasa
yang akan datang.
Demikianlah sekilas tulisan
yang bisa saya haturkan, mohon dipahami bahwa tulisan ini bukan untuk menyebut
adanya TUHAN selain Allah, Tulisan ini berdasarkan pengalaman spiritual,
tentang pengalaman atau perjalanan bergurunya seorang awam kepada sang Guru
sejati yang akhirnya dipertemukan dengan sang Guru Bathin (Sang Adman). Tulisan
ini hanya ingin menunjukkan kepada masyarakat Jawa bahwa sebenarnya masyarakat
Jawa telah mengenal inti dari pengajaran agama-agama asing tersebut yang tak
lain adalah bentuk ke Esa an dari TUHAN itu Sendiri. (selesai)
Salam _/\_ Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar