Oleh Budi Siswanto
"SUNAT!!!!!" haaaaaa!. Ternyata merupakan sebuah
kata yang indah bagi para orang tua dan kata yang mematikan bagi anak seumurnya
Deva (putra ke dua kami). Kebanyakan orang tua mengatakan, "hore, bentar
lagi anak kita udah disunat, artinya udah Remaja/dewasa".
Namun kebanyakan anak-anak
bergerutu, sebab di benaknya kebayang yang bukan-bukan "waduh....!! kalo
di sunat???? tinggal seberapa panjang tititku.?". Memang sunat atau khitan
sangat amat mega gawat dan sesuatu yang maha dahsyat, pokoknya menakutkan
seperti Dewi persik di mata anak-anak (pemain sinetron, beliau adalah tetangga
saya, maaf sama-sama dari Jember dan satu RW lagi).
Kebanyakan orang tua semena-mena dalam
mengatakan "nak, besok.... bulan depan kamu sunat ya!", kemudian anak
mengatakan," tapi, ma..! kalo adik di sunat bagaimana masa depan adik,
ma..! ingat masa depan adik..! judi itu haram..!", seribu alasan
dilontarkan oleh si anak.
Lalu papanya menjawab " tinggal di sunat aja apa takutnya to...
dik..??", sepertinya para orang tua tidak mau peduli dengan psikologi
anaknya yang ketakutan dengan sunat.
" Gak mau....Sakit, ma..!
mama sih...sebagai ras mahkluk-mahkluk tak ber-titit, tidak tau seberapa
hinanya aku ini ketika di sunat..!." anaknya merajang seperti ibu-ibu yang
sedang melahirkan.
"Eeee, gak tau ya? nih...mama
punya pengakuan sama si adik, tapi jangan bilang siapa-siapa ya?!!. tau nggak? sebenarnya
mama ini laki-laki". pengakuan mamanya sambil menangis terbahak-bahak.
"tiidaaakkk...!",
anaknya berteriak histeris sambil njambak bulu ketiak pak RT.
Hal tersebut diatas memang sedang
melanda keluarga saya, bukan soal pengakuan bahwa istri saya seorang laki-laki,
justru istri saya itu wanita cantik dan sexy tapi gak imut kayak Dewi Perssik. Anak
saya saking takutnya dengar kata “sunat”, dia mulai menginterogasi
teman-temannya, saya taunya gara-gara membaca wol-wolwnya di BBM. "Ya mas
Brian, disunat itu sakit apa nggak sih?". Temennya yang bernama Brian njawabdi
wolnya, "gak sakit kok, cuma kaya kecepit pintu.".
Tau nggak pembaca, saat anak saya
membaca bbm temannya itu, dia langsung merenung, secara reflek mungkin dia
mikir-mikir,"kejepit pintu?....hiii amit-amit, kejepit resleting aja rasa
sakitnya luar binasa, apalagi kecepit pintu. kayak di tonjok Chris John kaliiiq".
Waktu demi waktu saya jalanin, sebagai
orang tua, saya harus menyiapkan apa-apa yang diperlukan dalam resepsi sunatan,
Rupa-rupanya si Deva juga udah siap disunat/khitan.
Deva udah siapin koper, baju formal, topi, kaos dalem cap Swan dan celana
sunat. Akhirnya waktu di sunat sudah dateng. Sebelum disunat rupa-rupanya si
Deva persiapan agar gak tegang waktu nanti di kamar dokter. Deva lari-lari keliling
rumah, main-main sama kakak sepupunya mbakar kantor polisi-polisian.
Om Hari-nya sama om Totok-nya
ngelarang tindakan Deva, "jangan lari-lari, nanti bisa gondongen.". Rupa-rupanya
Deva langsung teringat sama kata temennya lewat bbm, kalau gondongen waktu disunat
itu karena tetanus. Padahal, mamanya selalu bilang “Deva...., jangan mainin jarum
jahit milik mama, ...ntar tetanus lhoo!” dan mulai saat itu Deva gak mau main
jarum lagi karena takut tetanus.
Terus gara-gara omnya bilang “jangan
lari-lari, ntar kalau sunat gondongen lho”... en ditambah bbmnya temannya kalau
gondongen itu adalah nama penyakit waktu disunat yaitu sejenis tetanus, lalu
Deva mulai nanya-nanya lagi perihal sunat. “om....emang kalau sunat ditusuk
pakai jarum? koq pakek gondongen segala?” Lalu kedua om-nya serentak menjawab “
lha iya la...kalau gak pakai jarum..? lalu nyuntiknya pakek apa?.... lalu Deva tertawa
“berarti om bo’ong ya????....”, untuk meyakinkan Deva, om-nya melotot sambil berkata
“apanya yang bohong, om beneran nih...” Sambil ngeluyur dan kembali
berlari-lari Deva nggerutu “ berarti gondongen-nya bukan gara-gara
lari....tauk...?” kali ini om-nya yang
penasaran, katanya “kalau bukan gara-gara lari? terus gara-gara apa?”. “Ya gara
gara jarumnya itu om.....kalau gak percaya coba tanya sama mama dan sama Brian”.
Eksekusi/Operasi segera di mulai.
Jagal udah masuk di ruangan dimana Deva nanti di eksekusi. dia mengeluarkan
alat-alat masaknya seperti pisau, gergaji, ampelas, dan pisang dari koper
sulapnya. Tampaknya Deva sudah merem melek sambil pegang dan usuk-usuk perutnya
yang gendut, persis kayak orang mau migrain. operasi caesar berlangsung kurang
lebih 10.800,3524 detik. Emang lebih lama di banding teman-teman seangkatannya.
Kata dokter sambil membuka
handsekonnya “guntingnya udah "kethul" alias gak njarem lagi. Rupa-rupanya
Deva punya inisiatif, “iya pak, guntingnya gak njarem, tak suru pakek gunting pemotong
rumput milik bapak dirumah, tapi sayang, dokternya malu katanya, soale gak
kathok’an”.
Selesai operasi, Deva bercermin melihat
hasilnya. "itu apa ya?". kata pertama yang terpikir di dengkul Deva.
Jadi keinget sama kata-kata kemenakan alias anak sodara di bbmnya Deva, “Dev, kalo
udah di sunat, bentuknya seperti tupai mabuk laut wk wk wk”.
Kesimpulanya : Hai anak-anak dan
pembaca blog ini, jangan takut di sunat. Walau di sunat memang rasanya kayak di
tonjok Chris John. Tapi yakinlah, hal ini bisa membuatmu tambah dewasa. Jadi,
seandainya kalo di tanya orang "Le.....kamu udah dewasa belum?”. Katakan “berani
nantang gue!!!???".Saat itu juga kamu langsung tunjukin hasil dari sunatmu.
di jamin orang yang tanya tadi langsung scabies saat ngliatin Tupai mabok laut.....wk wk wk.