Rahasia Keberuntungan ( bag 2 )

Arsip Sebelumnya : Rahasia Keberuntungan-bag-1.

Mungkin diantara pembaca juga kebingungan,  jika menghadapi dilema seperti yang saya tulis di bagian pertama (1) postingan saya ini. Percayalah, apa yang saya tulis di atas adalah sepenggal pengalaman perjalanan spiritual saya. Tidak ada maksud lain kecuali ingin berbagi dengan para pembaca sekalian.

Mari kita lanjutkan apa yang sedang terjadi di lereng bagian barat Gunung Merapi pada saat itu. Sangat haus dan lapar itu benar, jujur pria yang menjadi tokoh dalam ilustrasi kita, pada saat itu sedang di uji kesabaran serta kepeduliannya pada orang lain. Mampu menahan lapar dan haus itu sudah pasti, karena sepengetahuan saya, setiap pelaku spiritual pasti sudah terbiasa dengan tirakatan (puasa sambil berjalan). Jadi seandainya tulisan yang tertera di secarik kertas itu berbunyi “ awas racun, jangan diminum!!” maka saya yakin pria itu akan membuang kendi yang dia temukan itu, agar tidak mencelakai orang lain yang sedang berteduh di gubuk itu dan kehausan.

Akan tetapi dalam hal ini permasalahannya berbeda, kertas itu betuliskan: "Sebaiknya  jangan diminum air ini. Tuangkan dahulu kedalam pompa dan gunakan sebagai air pancingan pompa itu dan jangan lupa isi kembali kendi ini, agar bisa digunakan oleh orang berikutnya."

Dalam hati kecil pria itu berkata, “ iya kalau sumur itu masih ada mata ada airnya didalam, jika ternyata mata air  sumur itu sudah kering???, mampuslah aku”. Inilah pergumulan yang sedang dialami pria itu. Jika dia nekat menuangkan isi kendi itu, dan ternyata mata air dari sumur itu sudah kering, itu artinya dia telah menyia-yiakan kesempatan yang diberikan Tuhan.

Toh yang dia butukan bukan air untuk mandi, akan tetapi segelas air yang akan dia gunakan untuk menyambung kelangsungan hidupnya. Tetapi kalau dia ambil keputusan untuk meminum air yang ada di dalam kendi itu... dan ternyata mata air sumur itu masih mengalir....maka, sama hal-nya pria itu membiarkan orang-orang lain yang datang berteduh di gubuk tua itu, bisa dipastikan berada dalam kehausan seperti yang dia alami saat ini dan sampai pada akhirnya orang itu akan mati kehausan.

Setelah hening sejenak untuk menentramkan jiwanya, pria yang galau itu memutuskan untuk mengurungkan niatnya minum dari air kendi itu. Lalu perlahan-lahan ia menuangkan air kendi itu ke dalam tangki pompa dan diungkit-ungkitnya-lah besi pipa pegangan pompa itu. Anda bisa bayangkan apa yang terjadi???

Ternyata ayunan pipa pompa itu ringan, seolah-olah tidak terjadi apapun. Akan tetapi pria itu merasakan sesuatu, tongkat ayun pegangan pompa lama-kelamaan mulai terasa berat, berat dan berat.......sampai akhirnya air yang bening dan sejuk menyembur dari ujung pancuran pompa itu, hingga berlimpah air yang sejuk dan memenuhi bak air mandi dibelakang gubuk itu, yang kelihatannya sudah lama tidak terisi air.

Sebuah pengorbanan yang tidak sia-sia........Anda tahu? Ketika pria itu mengambil keputusan untuk menuangkan air kendi kedalam pompa? Pria itu menuangkannya dengan penuh kerelaan dan kepasrahan, setidak-tidaknya hati pria itu tidak hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Dia rela mati kehausan untuk sesuatu yang belum pasti, yang dia tau hanya satu, yaitu pengajaran tentang kepasrahan dan sedekah yang diajarkan oleh Kaweruh Jendra Hayuningrat.

Setelah puas beristirahat, pria itu teringat hal apa yang tertulis di secarik kertas pesan itu. Sebelum dia melanjutkan perjalananya, dia menyempatkan diri mengisi kembali kendi itu dengan air baru yang sejuk.  Lalu diambilnya alat tulis yang selama ini menemaninya dalam penggembaraannya dan dia menyempatkan diri untuk menambahkan kata-kata dalam catatan itu, Begini katanya :

"Percayalah!! karena aku telah berhasil bukan hanya sekedar melepas dahaga, namun aku juga bisa mandi sepuasnya.”
Inilah sepenggal pengalaman perjalanan spiritual yang saya alami, pria itu bukan orang lain akan tetapi adalah saya sendiri. Sebuah pengajaran Jendra yang tersembunyi, yang di rahasiakan bertahun-tahun oleh guru lantaran Kaweruh Jendra Hayuningrat.
Tidak semua murid mendapatkan pengajarannya, akan tetapi semua menerima ujiannya. Sebuah ujian yang menuntun manusia pelaku Kaweruh Jendra Hayuningrat untuk menentukan pilihannya. Haruskah kita hidup susah terus menerus, namun kita di jamin secara Rohani untuk memperoleh keselamatan di Jaman kelanggengan. Atau sebaliknya kita mengalami hidup berlimpah-limpah harta benda di dunia ini, akan  tetapi kita beresiku untuk tidak menerima keselamatan di jaman kelanggengan?. Atau kita hidup dalam kelimpahan dan kelimpahan itu kita gunakan untuk memperoleh jaminan hidup di jaman kelanggengan.
Pembaca yang budiman, apa komentar Anda? Kalau seperti tulisan diatas pernyataannya? Siapa yang berhak mendapat jaminan hidup di Jaman kelanggengan? Si miskin dengan segala penderitaannya? Atau si Kaya yang Kikir dengan segala kelimpahannya? Semoga komentar Anda memberi pencerahan bagi pembaca yang lainya.
Bersambung... (bag 3 ) 
 Salam Kejawen, _()_ salam Rahayu!

Arsip Berikutnya : Rahasia Keberuntungan-bag 3