Arsip Sebelumnya : Rahasia Keberuntungan-bag-1.
Mungkin diantara pembaca juga kebingungan, jika menghadapi dilema seperti yang saya tulis di bagian pertama (1) postingan saya ini. Percayalah, apa yang saya tulis di atas adalah sepenggal pengalaman perjalanan spiritual saya. Tidak ada maksud lain kecuali ingin berbagi dengan para pembaca sekalian.
Mari kita
lanjutkan apa yang sedang terjadi di lereng bagian barat Gunung Merapi pada
saat itu. Sangat haus dan lapar itu benar, jujur pria yang menjadi tokoh dalam
ilustrasi kita, pada saat itu sedang di uji kesabaran serta kepeduliannya pada
orang lain. Mampu menahan lapar dan haus itu sudah pasti, karena sepengetahuan
saya, setiap pelaku spiritual pasti sudah terbiasa dengan tirakatan (puasa
sambil berjalan). Jadi seandainya tulisan yang tertera di secarik kertas itu
berbunyi “ awas racun, jangan diminum!!” maka saya yakin pria itu akan membuang
kendi yang dia temukan itu, agar tidak mencelakai orang lain yang sedang
berteduh di gubuk itu dan kehausan.
Akan tetapi
dalam hal ini permasalahannya berbeda, kertas itu betuliskan: "Sebaiknya jangan diminum air ini. Tuangkan dahulu
kedalam pompa dan gunakan sebagai air pancingan pompa itu dan jangan lupa isi
kembali kendi ini, agar bisa digunakan oleh orang berikutnya."
Dalam hati
kecil pria itu berkata, “ iya kalau sumur
itu masih ada mata ada airnya didalam, jika ternyata mata air sumur itu sudah kering???, mampuslah aku”.
Inilah pergumulan yang sedang dialami pria itu. Jika dia nekat menuangkan isi
kendi itu, dan ternyata mata air dari sumur itu sudah kering, itu artinya dia
telah menyia-yiakan kesempatan yang diberikan Tuhan.
Toh yang dia
butukan bukan air untuk mandi, akan tetapi segelas air yang akan dia gunakan
untuk menyambung kelangsungan hidupnya. Tetapi kalau dia ambil keputusan untuk
meminum air yang ada di dalam kendi itu... dan ternyata mata air sumur itu
masih mengalir....maka, sama hal-nya pria itu membiarkan orang-orang lain yang
datang berteduh di gubuk tua itu, bisa dipastikan berada dalam kehausan seperti
yang dia alami saat ini dan sampai pada akhirnya orang itu akan mati kehausan.
Setelah
hening sejenak untuk menentramkan jiwanya, pria yang galau itu memutuskan untuk
mengurungkan niatnya minum dari air kendi itu. Lalu perlahan-lahan ia
menuangkan air kendi itu ke dalam tangki pompa dan diungkit-ungkitnya-lah besi
pipa pegangan pompa itu. Anda bisa bayangkan apa yang terjadi???
Ternyata
ayunan pipa pompa itu ringan, seolah-olah tidak terjadi apapun. Akan tetapi
pria itu merasakan sesuatu, tongkat ayun pegangan pompa lama-kelamaan mulai
terasa berat, berat dan berat.......sampai akhirnya air yang bening dan sejuk
menyembur dari ujung pancuran pompa itu, hingga berlimpah air yang sejuk dan
memenuhi bak air mandi dibelakang gubuk itu, yang kelihatannya sudah lama tidak
terisi air.
Sebuah pengorbanan
yang tidak sia-sia........Anda tahu? Ketika pria itu mengambil keputusan untuk
menuangkan air kendi kedalam pompa? Pria itu menuangkannya dengan penuh
kerelaan dan kepasrahan, setidak-tidaknya hati pria itu tidak hanya memikirkan
keselamatan dirinya sendiri. Dia rela mati kehausan untuk sesuatu yang belum
pasti, yang dia tau hanya satu, yaitu pengajaran tentang kepasrahan dan sedekah
yang diajarkan oleh Kaweruh Jendra Hayuningrat.
Setelah puas beristirahat, pria itu teringat hal apa yang tertulis
di secarik kertas pesan itu. Sebelum dia melanjutkan perjalananya, dia menyempatkan
diri mengisi kembali kendi itu dengan air baru yang sejuk. Lalu diambilnya alat tulis yang selama ini menemaninya
dalam penggembaraannya dan dia menyempatkan diri untuk menambahkan kata-kata
dalam catatan itu, Begini katanya :
"Percayalah!! karena aku telah
berhasil bukan hanya sekedar melepas dahaga, namun aku juga bisa mandi
sepuasnya.”
Inilah sepenggal pengalaman perjalanan spiritual yang
saya alami, pria itu bukan orang lain akan tetapi adalah saya sendiri. Sebuah
pengajaran Jendra yang tersembunyi, yang di rahasiakan bertahun-tahun oleh guru
lantaran Kaweruh Jendra Hayuningrat.
Tidak semua murid mendapatkan pengajarannya, akan
tetapi semua menerima ujiannya. Sebuah ujian yang menuntun manusia pelaku Kaweruh
Jendra Hayuningrat untuk menentukan pilihannya. Haruskah kita hidup susah terus
menerus, namun kita di jamin secara Rohani untuk memperoleh keselamatan di
Jaman kelanggengan. Atau sebaliknya kita mengalami hidup berlimpah-limpah harta
benda di dunia ini, akan tetapi kita
beresiku untuk tidak menerima keselamatan di jaman kelanggengan?. Atau kita
hidup dalam kelimpahan dan kelimpahan itu kita gunakan untuk memperoleh jaminan
hidup di jaman kelanggengan.
Pembaca yang budiman, apa komentar Anda? Kalau seperti
tulisan diatas pernyataannya? Siapa yang berhak mendapat jaminan hidup di Jaman
kelanggengan? Si miskin dengan segala penderitaannya? Atau si Kaya yang Kikir
dengan segala kelimpahannya? Semoga komentar Anda memberi pencerahan bagi
pembaca yang lainya.
Bersambung... (bag 3 )
Arsip Berikutnya : Rahasia Keberuntungan-bag 3
Salam Kejawen, _()_ salam
Rahayu!
Arsip Berikutnya : Rahasia Keberuntungan-bag 3