Mudah-mudahan Anda tidak terjebak kesalahan seperti
yang pernah saya lakukan dahulu selama bertahun-tahun.
Karena saya dibesarkan di keluarga yang pas-pasan
nilai perekonomiannya, kekurangan dalam keuangan 'mentalitas
miskin' atau poverty
consciousness atau poverty
mentality di mana saya merasa selalu kekurangan dan takut tidak pernah
berkecukupan.
bukanlah sesuatu yang luar biasa bagi saya. Singkat cerita, kondisi ini memupuk saya untuk memiliki
Saya tumbuh menjadi orang yang cenderung 'pelit'
karena merasa tidak punya. Saya selalu takut memberi, takut meminjamkan, takut
berpisah dengan uang atau apapun yang menjadi hak miliki saya. Saya sangat pintar
sekali mencari alasan untuk tidak memberi, dengan dalih saya sendiri dalam
kondisi lebih membutuhkan bahkan mungkin memang benar begitu. Ternyata sayalah
orang paling miskin di dunia apabila cara berpikir saya seperti itu.
Karena, ternyata semakin saya mencoba menahan
uang yang saya miliki, entah dengan menyimpannya, menabungkannya,
menghitung-hitungnya, menahan diri tidak membeli apa-apa walau sangat
menginginkannya, atau selalu membeli barang termurah kalau memang terpaksa harus
beli/memiliki, ternyata semua itu justru semakin mengantarkan hidup saya ke
jurang kemiskinan.
Parahnya lagi, saya pun takut memberi sedekah
atau infaq atau sekedar bantuan/sumbangan. Saya selalu berpikir, "Lha,
keluarga saya saja masih kekurangan, kok
malah memberi orang lain. Cukupkan dulu dong kebutuhan keluarga, baru pantas
berbagi. Setiap tahun zakat yang saya bayarkan hanyalah
zakat fitrah yang cuma 2,5 kg beras itu. Kadang anak dan istri saya saya
abaikan. Boro-boro Zakat harta?
Kan saya beralibi, bahwa harta milik saya belum memenuhi ambang batas harta yang
harus dizakati. Setiap kali ada yang meminta sumbangan, pikiran saya selalu negatif,
berprasangka buruk bahwa uangnya bisa jadi akan diselewengkan oleh peminta
sumbangan, sehingga saya memilih untuk tidak menyumbang.
Demikianlah saya menjalani hidup,sudah bertahun-tahun
lamanya. Tetapi bertahun-tahun pula hidup saya seperti itu, tidak ada berubah.
Begitu terus, miskin terus. Hidup dari satu gajian ke gajian berikutnya. Di saat
tengah bulan gaji sudah habis dan bahkan harus cash bon atau meminjam
gaji bulan depan. Rumah untuk tinggal kontrak sana-kontrak sini.
Setiap pengeluaran yang dianggap pemborosan
selalu menimbulkan keributan dan pertengkaran, membuat suasana rumah tangga
gerah. Alangkah malangnya nasib orang yang miskin harta, namun juga memiliki
"mental miskin" pula seperti saya ini.
(Anda pasti tahu, orang yang selalu merasa
kekurangan uang seperti saya ini, pikirannya pasti tidak akan pernah berhenti
berputar mencari cara mendapat uang lebih banyak lagi.) Jadi judul bukunya “RAHASIA
CARA MENDAPATKAN UANG TERBESAR DI DUNIA” ini pastilah menarik perhatian saya.
Apalagi karena gratisan. Lumayan gak perlu keluar modal.
Ternyata, tidak seperti dugaan saya. Buku itu
tidak mengajarkan “satu formula bisnis” konvensional seperti yang saya
bayangkan.
Sebaliknya, buku itu
mengajarkan sesuatu yang menjungkir-balikkan semua yang selama ini saya percaya
dan telah saya lakukan. Betapa malunya saya membaca buku itu, tapi sekaligus
seperti kepala saya diputar, untuk ditunjukkan, ke arah benda yang selama ini
saya cari di arah yang salah.
Memberi, inilah yang membuat Anda jadi kaya
Ternyata, uang itu seperti aliran susu ke dalam
gelas yang memiliki batas volume. Katakan batasnya 300 cc, setelah terisi
sejumlah itu, maka gelas itupun telah penuh, dan tidak bisa diisi lebih banyak
lagi.
Kalau sesudahnya, susu dalam gelas tersebut disimpan
saja agar awet, maka kita tidak akan bisa mengisikan lagi susu segar yang baru
ke dalamnya.
Bahkan, bila tidak juga diminum, disayang sayang
dan disimpan-simpan, susu yang ada di dalamnya akan basi dan akhirnya malah
terbuang sia-sia.
Inilah perumpamaan orang yang sungguh takut
berpisah dengan uangnya, entah dengan alasan apapun, yang pada akhirnya malah
kehilangan kesempatan menikmati kehidupan ini.
Bukankah sebagai orang beriman kita percaya pada
hukum-hukum Tuhan? Tuhan sudah berjanji memberikan imbalan pada semua pemberian
kita bukan? Apa yang membuat kita takut memberi, segawat apapun itu situasi
keuangan kita?
Barang-siapa
membawa amal yang baik, maka baginya pahala/imbalan sepuluh kali lipat amalnya.
~ Qur'an:
Surat Al An'am: 160 ~
Bukankah kita percaya bahwa kekayaan Tuhan, Yang
Maha Kaya, Sang Pencipta Alam Raya ini tidak terbatas? Setiap saat gelas kita
kosong, kita bisa minta Tuhan untuk terus mengisikannya kembali. Dan Tuhan
pasti mengisinya kembali, Dia sudah berjanji.
Bahkan ketika Tuhan melihat bahwa gelas 300 cc
tadi rupanya tidak cukup memenuhi kebutuhan kita yang suka sekali minum susu
dan dengan rajin menghabiskan-nya kembali semua isi gelas susu yang diberikan-NYA
kepada kita, Tuhan pasti akan segera menggantikan gelasnya dengan yang berdaya
tampung lebih besar lagi. Inilah yang diajarkan Kaweruh Jendra Hayuningrat
kepada murid-muridnya, “kalau ingin kaya, besarkan dahulu bejananya.”
Kita bisa terus menikmati susu segar kita, setiap
saat, asal kita tidak takut bahwa kita tidak akan mendapatkan jatah susu itu lagi. Tidak perlu
disimpan-simpan untuk besok. Stok di dapur masih banyak.
Ini salah satu penjelasan
yang masuk akal, kenapa para milyuner (apalagi yang memiliki wealth
consciousness, yang benar benar bermental kaya), tidak kemudian jatuh
miskin meskipun mereka tiada henti-hentinya mengeluarkan uang dalam jumlah yang
banyak pula.
Memberi mengaktifkan kran rejeki
Memberi mengaktifkan kran rejeki
Setelah mengetahui semua itu, saya malu
sekali dihadapan Tuhan. Saya malu pernah berpikir bahwa kalau saya memberi
nanti, saya justru tidak kebagian sisanya. Saya malu kepada Tuhan karena saya
sempat berpikir Dia kurang Adil dan tidak menyayangi saya, karena hanya bisa
memberi jata pada saya dengan harta yang tidak seberapa banyaknya. Rupa-rupanya
gelas susu saya masih penuh dengan susu basi selama ini, sehingga Tuhan tidak
bisa menuangkan susu segar buat saya dengan
jumlah lebih banyak lagi. Tuhan masih menunggu saya mengosongkan gelas saya. Kalau
tidak, maka susu yang masih segar dari Tuhan akan ikut basi karena
terkontaminasi susu basi yang ada di gelas tersebut.
Ikuti terus blog ini, jika Anda merasa
termotivasi, segera share atau bagikan alamat blog ini untuk orang terdekat
Anda. Jangan
tinggalkan blog ini, sebab saya segera melanjutkan tulisan saya di bagian 11.
melanjutkan tulisan saya di bagian 11.
Salam Kejawen
melanjutkan tulisan saya di bagian 11.
Salam Kejawen
_()_