Hati-hati dengan kartu kredit



Puri Asih. Tren cashless society atau meminimalkan penggunaan uang kartal tengah merebak di seluruh dunia. Transaksi via bank serta uang plastik alias kartu kredit pun menjadi primadona.
Menurut situs The Atlantic, tren cashless society di Amerika tumbuh sangat cepat. Pada 1970an, hanya 20 persen dari orang dewasa di negara itu yang memiliki kartu kredit. Itu pun tidak semuanya aktif bertransaksi. Saat ini kepemilikan kartu kredit melambung hingga 80 persen penduduk dengan transaksi yang masif.
"Sebagian orang bahkan marah dan tersinggung jika diminta membayar dengan uang tunai" demikian hasil riset The Atlantic.
Namun hati-hati, ada resiko besar yang mengintai. Di balik segala kemudahan yang ditawarkan kartu kredit, ada ancaman yang membahayakan. Apa saja?

1. Kartu kredit membuat orang menjadi kurang bertanggung jawab
Dengan kartu kredit, seseorang tak pernah lagi menghitung seberapa besar kemampuannya untuk berbelanja. Apalagi masih ada bank yang bisa menegosiasikan limit kredit. Saat berbelanja, tak ada lagi kebiasaan memilih barang sesuai dengan duit yang ada di dompet. Semua bisa masuk keranjang, dan urusan terakhir tinggal gesek kartu di kasir. Tahu-tahu, akhir bulan puyeng melihat tagihan yang menumpuk.

2. Kartu kredit membuat orang menjadi pelupa
Menurut Dilip Soman, profesor dari University of Colorado, kartu kredit membuat orang mengalami "ilusi likuiditas". Seorang pengguna kartu kredit seperti mabuk, merasa bisa membeli semua barang. "Dia lupa akan kebutuhan prioritas sekaligus kemampuannya untuk berbelanja," kata dia. Kebanyakan orang bahkan bisa lupa (dan berpura-pura lupa) saat harus membayar tagihan. Baru sadar setelah disatroni debt collector.

3. Kartu kredit memperlebar kesenjangan sosial
Di negara maju, banyak peritel yang menaikkan harga dengan sewenang-wenang. Sebab, mereka beranggapan para pemilik kartu kredit mampu membayar berapa pun harga yang ditawarkan, karena mabuk dengan ilusi likuiditas. Akibatnya, masyarakat berpendapatan rendah yang tidak memiliki kartu kredit semakin tercekik. Mereka semakin sengsara karena harus menanggung inflasi dadakan yang diakibatkan ilusi kartu kredit.




4. Kartu kredit mempengaruhi kesehatan?
Penelitian Manoj Thomas, Kalpesh Kaushik Desai, dan Satheeshkumar Seenivasan dalam Journal of Consumer Research 2011 bisa jadi benar. Para pengguna kartu kredit ternyata menjadi kurang awas dalam membedakan produk sehat dan tidak sehat. Mereka juga menemukan hipotesis bahwa pengguna kartu kredit banyak membeli junkfood. Akibatnya, kadar lemak tubuh meningkat dan kesehatan terancam.

Tidak ada komentar: